Pertanyaan di atas adalah
pertanyaan yang mesti dijawab didalam hati setiap orang yang pernah di
wisuda dan tergambar dalam setiap tindakan yang mencerminkan
almamaternya....
Setiap universitas biasanya selalu mengadakan yudisium dan wisuda, untuk prosesi wisuda sendiri ada kegiatan yang namanya pembacaan sumpah dan janji wisudawan/ti untuk menjaga nama baik almameter. Setiap orang yang diwisuda wajib mengucapkannya, (kecuali kita diam saja pada saat pembacaan ini, otomatis berarti kita bukan wisudawan/ti, krn kalau wisuda hrs membacanya kan?) dan tentu saja melaksanakannya.
Sumpah dan janji ini bukan perkara mudah, apalagi kalau kita orang yang kritis dan siap melontarkan kritik berlebihan karena kekecewaan terhadap almameter....
tapi, meskipun demikian kita mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap melaksanakannya, karena kita terikat didalamnya. Kita adalah bagian dari almameter tersebut. Dari almameter kita belajar banyak (walaupun mungkin belajar secara otodidaknya lebih banyak), tapi kita bisa diakui oleh orang luar karena ada almamater kita itu. kita dan almamater kita adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, coba lihat, orang luar akan bertanya, kita lulusan mana? izasah mu dari mana? Ingat lagi....Almamater memberikanmu banyak pengetahuan, pengalaman hidup, banyak persahabatan/teman/relasi bahkan pasangan hidupmu sekarang!
Bukankah kita berasal dari almamater itu? kalau tidak suka dari awal saja kita pindah ke tempat lain? kenapa bertahan sampai wisuda lalu menjelek-jelekkannya!
Kalau kita mem -blame almameter, merutukinya, tidak menyukainya atau entahlah itu apa namanya yang jelas sama saja dengan menjelek-jelekkan diri sendiri! Bisa jadi almamater sejelek yang kita pikirkan, mungkin kita punya fakta-faktanya, mungkin kita juga pernah terlibat didalamnya tapi sebagai kaum intelektual, membicarakan kejelekan almameter sendiri bukanlah sesuatu yang elegan (saya jadi ingat katanya seseorang itu bisa dinilai baik atau buruk dari apa yang dibicarakannya).
Jika kita tidak suka, tidak setuju dengan yang dilakukan almameter jangan kasak kusuk dibelakangnya, jangan bersuara lantang di jalanan, di media sosial atau dimanapun yang tidak layak, karena itu sama saja dengan menjelekkan diri sendiri.
Maka, kita harus berani, bersuara lantanglah di hadapan almameter kita sendiri! sampaikan kritik dan saran sebagai perubahan yang positif. kita mengkritik almamater bukan karena benci tapi lebih karena ingin perubahan. Sampaikan kepada almamater apa yang kita suka dan tidak suka, bantu lakukan perubahan pada dirinya. Buktikan kalau kita memang intelektual yang LAYAK dan PANTAS untuk menyandang gelar titel itu.
Menjaga nama baik almamater pada esensinya BUKAN memberikan puja puji dan menutupi kekurangannya tapi lebih kepada APA YANG BISA KITA LAKUKAN AGAR ALMAMATER KITA BISA LEBIH BAIK LAGI KEDEPANNYA!
Itu baru dikatakan INTELEKTUAL SEJATI bukan yang ASAL JADI.
*Demikian tulisan dari saya, sebenarnya bukan apa-apa hanya mencoba sedikit menanggapi dengan dunia per -almamateran- karena saya pribadi punya sumpah janji kepada dua almamater yang harus dijaga nama baiknya*
0 komentar:
Posting Komentar