Rabu, 28 Mei 2014
Banjir (Lagi) dan (Lagi)
Saat saya menulis di sini, tangan saya katur (kalau bahasa Indonesia nya mirip seperti kebas dan pegal), kepala saya pusing, kaki saya ngembang karena berendam di air, dan yang paling terasa adalah pinggang saya yang kumat lagi sakitnya, padahal ini sedang deadline nya saya membuat disertasi, meskipun demikian saya masih bersyukur punya sedikit makanan dingin dan susu coklat yang bisa bermanfaat untuk memberikan energi yang cukup untuk menuliskan segala kekesalan dan ketidaktahuan saya soal pemerintah disini ya di postingan ini.
------------------
Hari ini 28 Mei 2014, seperti biasa saya selalu berangkat pagi pagi sekali (kalau tidak mau dibilang dini hari) pukul 06.10 Wita. Saya berangkat dulu ke Universitas Mulawarman karena mau bimbingan disertasi, pukul 06.30 wita saya melihat langit sudah gelap, rintik rintik dan makin lama makin deras namun saya menenangkan hati dan berkeyakinan semuanya akan baik-baik saja, pukul 08.30, mama menelpon, bahwa rumah banjir...Astaghfirullah....masuk ke dalam rumah. Saya memutuskan untuk tetap masuk kerja walaupun pikiran sedikit was was. Tapi, sampai sore air masih betah di dalam rumah jadi saya pun pulang sorenya. Sepanjang jalan menuju rumah penuh dengan blokade tidak boleh melalui jalan tersebut karena debit airnya makin meninggi. Saya pun mencoba menelisik apa sebenarnya penyebabnya apa mungkin karena banyak tambang yang bertebaran di bumi Samarinda ini hingga daerahnya banyak yang berlubang-lubang dan ditinggal begitu saja oleh perusahaan batu bara tersebut, atau mungkin karena banyaknya perumahan baru yang dibangun tanpa perbaikan drainase yang memadai sehingga daerah resapan banjir menjadi tidak ada atau karena ketidakpedulian pemerintah terhadap daerah ini, saya tidak tahu pasti tentang yang itu. Saya sebenarnya tidak ingin menyalahkan pemerintah kota Samarinda tentang ini semua, tapi apakah pemkot sadar kalau perizinan terus diberikan maka warga kota Samarinda lah yang akan (terus) menderita, lalu sampai kapan ini terus terjadi??? sampai kapan kami merasakan deritanya?
Setiap hujan walaupun sebentar pasti ada daerah yang terendam banjir, hingga ada yang membuat istilah Samarinda, kota wisata air banjir, lalu apa kami sebagai masyarakat disuruh terus memakluminya, Karena banjir, aktivitas kami terganggu, barang barang banyak yang rusak, waktu menjadi terbuang percuma karena kalau banjir kami semua sibuk di rumah masing-masing, ngepel dan terus ngepel (bahkan sampai malam seperti yang keluarga saya lakukan, tetangga sebelah dan sebelahnya lagi juga melakukan hal demikian)....
Apa pemkot tidak punya solusi tentang banjir? kami ingin tindakan nyata dari pemkot....walaupun ada teman yang mengatakan banjir di depan rumah dinas walikota saja tidak diperhatikan apalagi rumah kita ini, siapalah kita. Saya dan masyarakat Samarinda ini memiliki anda sebagai pemimpin kami, kami berharap anda bisa membawa Samarinda menjadi kota yang benar-benar TEPIAN (teduh, rapi, aman dan nyaman) tapi kalau sering banjir, apanya yang NYAMAN?
Harapan kami, pihak pemkot bisa mengadakan aksi untuk bisa menanggulangi banjir bukan hanya sekedar wacana, ucapan simpati, ataupun membuat posko penanggulangan korban banjir. Kami mau banjirnya yang ditiadakan, kalau memang pemkot sedang berusaha mengatasi banjir, beri tahu kami, kapan itu dilaksanakan, kapan bisa selesai? kami menunggu. Kalau memang anda berusaha dan melakukan aksi untuk mengatasi banjir, kami dukung anda 1000% jangan khawatir kalau itu untuk kesejahteraan masyarakat Samarinda (ibukota Kaltim yang "katanya" terkaya se Indonesia, walaupun banyak keadaan yang miris).
Solusi untuk banjjir bisa beragam misalnya seperti berikut ini :
1. Membuat saluran air yang baik di sepanjang jalan.
2. Beri sanksi tegas terhadap warga yang buang sampah atau tidak menjaga kebersihan, kalau warga Samarinda mereka pasti cinta samarinda, tidak akan mengotori kotanya.
3. Saluran air rajin dibersihkan, himbau petugas kebersihan, atau pihak kecamatan, kelurahan, rt untuk mengajak warga membersihkan saluran air/parit.
4. Banyak-banyak tanam pohon
5. Melestarikan hutan kota
6. Membuat lubang biopori
7. Membuat sumur serapan
8. Pendalaman Sungai Mahakam
9.Perbanyak kawasan ruang terbuka hijau (jangan kebanyakan mall, kami perlu udara dari pohon jangan kebanyakan udara dari ac)
10. Please.....tinjau lagi izin-izin tambang, developer perumahan baru. (Saya bukannya tidak setuju dengan adanya perusahaan tersebut karena dari sana banyak pula masyarakat kita mencari nafkah, tapi seharusnya pemerintah melakukan pengawasan ketat untuk proses izin dan pelaksanaannya sehingga perusahaan tetap bisa jalan, masyarakat tetap nyaman dan pemkot untung).
Saya tidak tahu apa ke sepuluh solusi ini sudah diterapkan juga oleh pemkot, ketidaktahuan saya juga masih mencari-cari dimana peran pemkot saat masyarakat berteriak teriak dimana mana karena keadaan banjir setiap hujan, apa kami tidak diperdulikan lagi atau karena pemkot terlalu sibuk dengan urusannya sendiri yang tidak kami ketahui....
Apa bisa mendengarkan kami? lalu ATASI permasalahan ini dengan TUNTAS agar kami sebagai masyarakat/warga kota Samarinda bisa bangga tinggal disini dan bangga punya anda sebagai pemimpin kami.
dan tentu saja....tanpa banjir....saya bisa lebih konsentrasi dengan disertasi....
0 komentar:
Posting Komentar