5 Desember 2015
Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional merupakan salah satu bentuk penganugerahan kepada periset atau kelompok periset yang telah berhasil mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal internasional yang terindeks lembaga profesional. Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional ditujukan untuk artikel ilmiah yang bertema strategis terkait dengan pengembangan khazanah ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya.
Jumat 04 Dec 2015, 16:37 WIB
Jakarta – Daya saing para peneliti Indonesia di kalangan internasional semakin menurun. Untuk meningkatkan kembali daya saing itu, Kemenristek Dikti membuka penghargaan publikasi ilmiah internasional.
“Untuk setiap jurnal akan diberi penghargaan Rp 50 -Rp 100 juta,” kata Menristek Dikti M Nasir di gedung BPPT, Jl MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (5/12/2015).
Nasir menjelaskan, untuk setiap jurnal yang dipublikasikan oleh lembaga pengindeks jurnal ilmiah internasional dengan impact factor minimal 0,1 akan diberi penghargaan Rp 50 juta. Sementara jurnal yang dipublikasikan di lembaga pengindeks jurnal internasional dengan impact factor 5 ke atas akan mendapat penghargaan Rp 100 juta.
Kemenristek Dikti bekerjasama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kemenkeu dalam hal penganggaran. Ini mengingat dana LPDP lebih fleksibel dan mudah dicairkan.
“Untuk periode pertama ini dana yang kita siapkan Rp 50 miliar dulu. Kalau masing-masing jurnal dapat Rp 100 juta kan sudah 500 jurnal setahun. Sudah bagus itu,” katanya.
Periode pendaftaran akan dibuka 2 kali dalam setahun yakni pada tanggal 1 Februari-30 Maret dan 1 Juni-30 Juli. Periode pertama akan dinilai pada 10 Mei-19 Juni dan diumumkan pada tanggal 20 Mei. Sementara periode kedua akan dinilai pada 31 Juli-16 Agustus dan diumumkan pada 17 Agustus. Pendaftaran online dapat dilakukan di website LPDP www.lpdp.kemenkeu.go.id.
Nasir mengatakan, nantinya setiap peneliti yang memperoleh penghargaan akan diminta memberikan laporan pertanggungjawaban berbasis output. Sebab selama ini laporan penelitian yang dibiayai pemerintah selalu berbasis pada aktivitas sehingga para peneliti merasa kerepotan.
“Selama ini laporan pertanggungjawaban selalu base on activity sehingga peneliti malas. Ini yang harus kita dorong, kita ubah sistemnya,” ujar Nasir.
Dari data Kemenristek, saat ini jumlah publikasi jurnal selama setahun baru 178 dari 50 perguruan tinggi yang paling produktif di Indonesia. Padahal Indonesia memiliki 134 perguruan tinggi negeri dan lebih dari 4.200 perguruan tinggi swasta.
Nasir menjelaskan, menurut versi World Economic Forum (WEF) 2015-2016, daya saing ekonomi Indonesia tahun 2015-2016 menurun menjadi 37 dari 140 negara. Padahal tahun lalu Indonesia berada di posisi 34. Salah satu yang mempengaruhi penurunan ini adalah kesiapan teknologi dan inovasi.
Angka ini terpaut cukup jauh dengan negara tetangga Singapura yang menempati posisi 2, Malaysia posisi 18 dan Thailand posisi 32. Indonesia tercatat unggul dari Vietnam (56), Laos (83), Kamboja (90) dan Myanmar (131).
Sementara itu lembaga pemeringkat internasional Scimago Instituon Ranking pada tahun 2014 menempatkan Indonesia pada posisi 52 dalam publikasi ilmiah internasional, jauh di bawah Malaysia (23), Singapura (33) dan Thailand (40).
“Kami harap penghargaan ini dapat mendorong riset dan publikasi lebih baik. Paling tidak 3 besar lah di ASEAN,” ujarnya.
PERSYARATAN DAN REGISTRASI:
http://www.lpdp.kemenkeu.go.id/pendanaan-riset/penghargaan-publikasi-ilmiah-internasional/ -
Sumber: Kopertis12
0 komentar:
Posting Komentar