Saya suka sekali merefreshingkan diri dengan cara membaca, menulis, makan makan, jalan jalan dan nonton film. Ya nonton film adalah salah satu kegiatan favorit saya bersama keluarga, Film yang dipilih biasanya dengan genre thriller, action dan komedi (Saya pribadi senang film animasi) namun tetap film produksi Barat selalu jadi pilihan utama, apalagi kalau mengingat film Indonesia kebanyakan menjual cerita hantu yang dibumbui dengan adegan adegan yang "tidak seharusnya".
Nah, ketertarikan saya untuk nonton film ini berawal pada saat saya membaca koran Kaltim Post tentang pemutaran Film ini di XXI yang ditonton langsung oleh para pemain filmnya, gubernur dan Walikota Bontang di XXI SCP, Samarinda. Kebetulan besoknya ada waktu untuk nonton di XXI, Film hari itu yang kami tonton adalah POLICE STORY (Pemain utamanya : Jackie Chan), disitu sudah dipajang Banner dan brosur dari Film 12 Menit ini yang katanya akan tayang tanggal 29 Januari 2014.
Nah, ketertarikan saya untuk nonton film ini berawal pada saat saya membaca koran Kaltim Post tentang pemutaran Film ini di XXI yang ditonton langsung oleh para pemain filmnya, gubernur dan Walikota Bontang di XXI SCP, Samarinda. Kebetulan besoknya ada waktu untuk nonton di XXI, Film hari itu yang kami tonton adalah POLICE STORY (Pemain utamanya : Jackie Chan), disitu sudah dipajang Banner dan brosur dari Film 12 Menit ini yang katanya akan tayang tanggal 29 Januari 2014.
Syukurlah akhirnya kami berkesempatan nonton, Film ini hanya tayang di Studio 21 (bukan di XXI) dan hanya ada satu teater saja yang menayangkannya, selebihnya adalah Comic 8 (2 teater) dan Kapal Van der Wijk (1 teater). Maka, jadilah kami menonton film 12 Menit tersebut.
Elaine, remaja yang tumbuh dan besar di Jakarta, tiba-tiba harus pindah
ke Bontang (Kaltim) karena harus mengikuti sang ayah yang merupakan seorang
insinyur kimia asli Jepang dan ditugaskan untuk memimpin sebuah
departemen di sebuah perusahaan besar di Bontang. Elaine terpaksa
meninggalkan segala sesuatu yang selama ini begitu berarti baginya.
Di lain pihak, Tara memiliki gangguan berat. Sebuah kecelakaan mengakibatkan dia kehilangan pendengaran serta merenggut nyawa sang ayah. Setelah kejadian itu, Ibu Tara harus melanjutkan kuliah ke luar negeri (Inggris) sehingga Tara harus diasuh oleh opa dan omanya. Demi menuruti kata sang ibu, Tara terus tinggal di Bontang dan berjuang untuk melanjutkan hidupnya.
Kemudian ada Lahang, keturunan Dayak Belian, Ia memiliki keinginan yang sangat kuat. Ia tidak ingin hanya berkarya di kampungnya namun Ayahnya sakit parah. Tak ada yang tahu apa penyakitnya, ketika diadakan upacara dan diberitahu soal penyakitnya oleh tetua adat, Ayahnya meminta agar tidak diberitahukan kepada Lahang. Selama ini mereka hidup hanya berdua karena sang ibu sudah lama meninggal dunia dan meninggalkan foto bergambar monas dengan pesan dibelakangnya agar lahang dapat menakhlukkan tugu tugu yang tinggi dengan cita citanya. Kemudian Lahang terjebak dalam dilema. Memilih antara mencapai impiannya atau merawat sang Ayah.
Tiga anak remaja itu dipertemukan dalam sebuah grup Marching Band. Sebuah kelompok besar yang memiliki misi yang sama besarnya. Rene, pelatih Marching Band profesional, dipilih untuk membawa Marching Band Bontang ke tingkat nasional. Dan bagi Rene ini adalah tantangan besar memimpin 130 anak dari kota kecil. Mereka datang dari berbagai latar belakang. Jadwal latihan mereka sangat padat, berat dan keras. Elaine, Tara, dan Lahang berusaha meraih mimpi mereka secara profesional walaupun banyaknya masalah kehidupan mereka masing-masing.
Kesuksesan sebuah marching band dinilai dalam 12 menit penampilan di Grand Prix Marching Band (GPMB). Berbagai tim marching band dari seluruh Indonesia berkompetisi di ajang tahunan yang digelar di Jakarta tersebut. Dua belas menit itu disiapkan dengan
keringat, air mata, dan perjuangan menghadapi beragam problem, khususnya
pergulatan melawan penghalang dalam diri sendiri. Dua belas menit penentu kemenangan juga
harus dilalui Marching Band Bontang Pupuk Kalimantan Timur (MBBPKT),
yang telah meraih sepuluh kali gelar Juara Umum Nasional GPMB.
Film "12 Menit" menyajikannya lewat kisah nyata tiga dari ratusan anggota MBBPKT saat berlatih demi GPMB. Perjuangan mereka tak hanya terkait
latihan musik dan berbaris, tetapi juga hubungan orang tua-anak,
pemimpin-anak buah, kerjasama tim, keluarga, semangat pantang menyerah,
serta pilihan-pilihan dalam hidup. Dengan kegigihan dan perjuangan, grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional.
Tanpa bumbu cinta monyet khas drama
remaja, "12 Menit" justru memikat orang awam marching band, dengan
inspirasi dan motivasi terutama lewat dialog antara pelatih dengan
anggota MBBPKT.
Penonton diajak berkenalan dengan dunia
marching band yang terkesan kaku, tegas, tetapi tetap sarat cinta
universal. Dihiasi bunyi alat-alat perkusi marching band dan nuansa
budaya Dayak, "12 Menit" tidak berfokus untuk menjadi film musik, malah
menggali pesan-pesan kepemimpinan.
Sedangkan untuk mereka yang tak asing
dengan marching band, "12 Menit" merefleksikan lebih banyak kesedihan
berakhir bahagia dalam pengorbanan mempertahankan tekad bergabung dalam
tim marching band.
Refleksi terasa makin kuat lewat akting
para personil asli MBBPKT (Arum Sekarwangi sebagai Tara dan Hudri
sebagai Lahang) bersama aktor-aktris profesional, di bawah arahan
sutradara Hanny R. Saputra.
Penulis skenario Oka Aurora juga berhasil membuka sedikit suasana batin di balik gagahnya para anggota marching band.
Produksinya pun digarap serius. Seperti
berlatih ribuan jam untuk 12 menit, film berdurasi 108 menit ini juga
butuh dua tahun dengan dana yang tidak sedikit.
Karenanya, salah satu produser Regina Septapi pun menjamin, tak akan muncul lagi film serupa dalam sepuluh tahun mendatang.
Dengan kegigihan dan perjuangan, grup Marching Band ini berhasil memenangkan kompetisi tingkat nasional.
- See more at: http://jadwalfilmxxi.blogspot.com/2013/12/sinopsis-12-menit-kemenangan-untuk.html#sthash.8S1CdOuK.dpuf
Moral film ini : agar kita terus berjuang dalam menggapai apa yang kita inginkan, sesulit apapun kondisi kita saat ini. Karena dengan kerja keras, dan tekad yang kuat kita pasti bisa meraih apa yang kita inginkan.
- See more at: http://jadwalfilmxxi.blogspot.com/2013/12/sinopsis-12-menit-kemenangan-untuk.html#sthash.8S1CdOuK.dpuf
Moral film ini : agar kita terus berjuang dalam menggapai apa yang kita inginkan, sesulit apapun kondisi kita saat ini. Karena dengan kerja keras, dan tekad yang kuat kita pasti bisa meraih apa yang kita inginkan.
=======================
Secara keseluruhan, saya sangat merekomendasikan film ini untuk ditonton baik itu bersama keluarga, teman, dsb, karena mengangkat budaya daerah secara khas (ada adat budayanya), dialek pemainnya pun terasa sama seperti yang kita dengar sehari-hari (terutama untuk orang Kaltim, perhatikan waktu lahang bilang bote, seluruh penonton jadi tertawa), konflik yang dibangun terasa khas dan menyentuh walaupun film ini diisi dengan pemain kawakan layaknya om Didi Petet yang actingnya memang berkualitas, namun para pemain lokal pun terlihat natural dan dapat mengimbanginya. Film ini menambah pengetahuan kita tentang Marching Band itu sendiri. Dengan jumlah pemain 130 orang sungguh tidak mudah menjadikan mereka satu, satu rasa satu hati menuju satu kemenangan tim dan ada banyak konflik dan hambatan yang dihadapi tapi satu komitmen pasti dan usaha keras untuk mencapai cita-cita, Semuanya pasti bisa dicapai menuju Kemenangan Untuk Selamanya! VINCERO
=============================
Pemain: Titi Rajo Bintang, Olga Lydia, Didi Petet, Niniek L. Karim, Verdi Solaiman, Nobuyuki Suzuki, Amanda Sutanto.
Produser: Cindy Sutedja, Regina Septapi
Produksi: Big Pictures Production, Cinevisi
Trailer Film 12 Menit : Kemenangan Untuk Selamanya
Cek Langsung Behind The Scenenya
Part 1 -----> D I S I N I
Part 2 -----> D I S I N I
Part 3 -----> D I S I N I
Nah, Ayo Tonton Film 12 Menit : Kemenangan Untuk Selamanya !!!!
Part 1 -----> D I S I N I
Part 2 -----> D I S I N I
Part 3 -----> D I S I N I
Nah, Ayo Tonton Film 12 Menit : Kemenangan Untuk Selamanya !!!!
0 komentar:
Posting Komentar